Minggu, 20 April 2014

Aku tahu, tadi pagi kamu melihat banyak sekali kupu-kupu yang berwarna kuning kecil berterbangan di sebuah hutan yang berpenghuni beberapa penduduk. Dan pemandangan yang sama terakhir kali kau lihat ketika kau masih di sekolah dasar. Kau dengan teman2mu yang nakal itu sering mengintip kupu-kupu yang akan keluar dari kepompongnya. Entah, sebab apa sebenarnya mereka tidak nampak lagi setelah itu. Ah, dan saat itu aku ingat, itu biasanya terjadi di musim penghujan. Hujan biasanya datang di malam hari, tetapi pagi yang cerah kupu-kupu itu selalu berterbangan di area pohon akasia di sepanjang jalan desamu. Bisa jadi, semua kupu-kupu itu baru saja keluar dari kepompongnya.

Dan ibu-ibu biasanya kehilangan anak-anaknya dipagi hari karena bocah2 kecil itu senang menangkap kupu2. Mereka berteriak," awas, nanti ada ulat lho!". Tetapi kalian tidak peduli, tetap saja kalian berlarian mengejar mereka dan mereka pun tidak pernah berkurang jumlahnya.

"Lalu apa?"

Kau tidak tahu? Sekarang kau hidup seperti zombie. Pucat, kulitmu tidak berwarna seperti dulu.

" Ah, kau ada2 saja. Mungkin Kau terpengaruh karena membaca cerpen Sungging Raga barusan."

Baiklah, bisa jadi begitu. Tapi perhatikan, sebenarnya kau tidak butuh mendengarkan siapapun saat ini. Kau tidak perlu jauh2 menyusuri dunia maya hanya untuk menjelma menjadi fiksi. Kau tidak perlu marah ketika orang yang kau cintai merindukanmu dan memintamu segera selesaikan tugas dan menyuruhmu pulang.

" Ah... , kau tahu apa tentang itu semua. Toh dia tidak pernah kesepian, sepi baginya sahabat. bukan aku."

Oh, jadi begini. Buka matamu lebar-lebar. Ingatkah kau ketika kau pernah menjelma menjadi sungai?

" Seperti sungai yang menganak dibawah hutan kupu-kupu itu?"

Tepat sekali.
Kau menderu dari beberapa penjuru mata air, di hulu kau bening karena kau selalu mencintai hujan yang membuatmu semakin memukau. Di tengah kau menebar ikan yang akan dipancing oleh beberapa penduduk. Meski kadang kau marah karena orang-orang "menyampahimu".

"Lanjutkan"

Tujuanmu hanya satu. Kau ingin menuju muara untuk berjumpa dengan laut yang biru.

" Kamu tahu, ketika aku adalah sungai bagi beberapa teman aku bukanlah sahabat yang baik. Ada air mata, ada amarah. Dan memalukan. Aku tidak tahu bagaimana berteman."

Apa itu yang kau takutkan?

"Entah"

Apa kau menyesal?

"Tidak."

Lalu?

"Tidak ada"

Bagiku saat itu kau begitu menakjubkan.

" Haha. Omong kosong!"

Baiklah. kau tahu? Laut telah berubah. Kabarnya ia semakin luas, mereka telah menjadi raja yang telah menelan 239 orang. Ia juga telah meruntuhkan kesombongan manusia yang mengaku cerdas. Ia marah pada beberapa kapal yang tengah berlayar tetapi entah mengapa.

" Sedari dulu laut memang begitu."

Jangan takut. Deru ombaknya masih damai. Birunya akan menghapuskan kepedihanmu. Ini keras, tapi kau akan mengalami beberapa tasa yang akan mengejutkanmu.

"Aku siap dengan kejutan."

Jangan lewatkan hal-hal penting dalam perjalanan, atau ia akan membunuhmu.

"Aku tidak takut."